Letak Miangas dan juga beberapa pulau lainnya di gugusan kepulauan SangiheTalaud memang teramat jauh dari pusat pemerintahan RI, dan lebih dekat denganFilipina. Karena tak heran jika penduduknya pun lebih intens bergaul denganmasyarakat Filipina, ketimbang dengan sesama warga negara RI. Apalagi sebagianbesar kebutuhan dasar masyarakatnya didatangkan dari Filipina.Pada dekade 1060-an dan 1970-an, hubungan antara Miangas dan Filipina semakinintens seiring dengan adanya kesepakatan bersama mengenai lintas batas antarakedua negara. ironisnya, intensitas hubungan tersebut di satu pihak, dan“keterpencilan” Miangas dari wilayah RI lainnya menyebabkan masyarakatMiangas lebih mengenal profil figur pejabat Filipina ketimbang pejabat Indonesia.Hal ini, baru terungkap, ketika pada awal tahun 1970-an sejumlah pejabat pusatyang menyertai rombongan Wakil Presiden, Sri Sultan Hamengku Buwono IX kewilayah perbatasan melihat beberapa potret Presiden Filipina Ferdinand Marcosmenghiasi rumah penduduk. Agaknya, karena itu pemerintah mulai memperhatikanproblema kehidupan masyarakat Sangihe Talaud, antara lain denganmenyelenggarakan pelayaran reguler perintis ke pulau-pulau terpencil ini.Demikian pula, berbagai proyek juga diadakan untuk membuka keterisolasiankawasan perbatasan. Pun demikian, semua itu tentu belum cukup. Artinya, masihperlu berbagai upaya lain, terutama yang berorientasi pada peningkatankemampuan masyarakat agar tidak ketinggalan dengan warga negara tetangga.Betapa pun keterpencilan selalu membuahkan penderitaan bagi masyarakat pulau-pulau di perbatasan, namun mereka tetap merasa sebagai bagian dari bangsaIndonesia. Ini setidaknya tercermin dalam bidang pendidikan yang dengankonsisten tetap berkiblat ke Indonesia. Fenomena yang tentu positif bagikelestarian keutuhan bangsa dan negara
0 komentar:
Posting Komentar